Syukur

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS.Ibrahim [14] :7).

Syukur, secara etimologi berarti mengenal atau mengakui kebaikan. Syukur dapat pula berarti bertambah dan berkembang. Sedangkan secara syariat, syukur merupakan memperlihatkan tanda-tanda kenikmatan dari Allah atas hamba-Nya dengan mengimani Allah dalam hati, memuji-Nya dengan lisan dan membuktikannya dengan ibadah.

Syukur, pada hakikatnya rasa ungkapan terima kasih atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT lalu menggunakannya pada jalan yang diridhoi-Nya. Senada dengan hal itu, Ibnu Qayyim mengungkapkan bahwa pada hakikatnya yang disyukuri adalah kenikmatan, karena itu syukur hanya boleh diberikan kepada Zat yang memberi kenikmatan.

Syukur sangat erat kaitannya dengan hati, lisan dan anggota tubuh. Pertama, bersyukur dengan hati. Bersyukur dengan hati berarti mengenal nikmat, menghadirkannya dalam hati membedakan dan meyakininya. Menghitung nikmat dan mengenalkannya adalah tahap awal untuk bersyukur, lalu menyadari betapa banyak nikmat yang Allah telah berikan dan ketidakmampuan kita untuk menghitungnya.

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS.An-Nahl [16] :18).

Lalu ketika nikmat telah dikenal, maka kita akan sampai pada tingkat mengenal Zat pemberi nikmat secara mendalam. Kedua, bersyukur dengan lisan. Bersyukur dengan lisan adalah senantiasa memuji dan menyanjung Allah swt. Lisan merupakan media yang digunakan untuk mengungkapkan isi hati yang penuh dengan rasa syukur kepada Allah. Syukur dengan lisan adalah pengakuan atas anugerah dalam derajat kepasrahan.

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudaratan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. (QS.An-Nahl [16] : 53).

Orang yang bersyukur adalah orang yang lisannya selalu mengucapkan 'Alhamdulillah' dalam situasi bagaimana pun. Sebagaimana Nabi SAW memuji Allah dalam mengawali doa, selesai mengerjakan sesuatu, bangun dari tidur, dalam setiap khotbah, pernikahan, suatu urusan, selesai makan dan minum, saat bersin, dan sebagainya. Ketiga, bersyukur dengan anggota badan.

Syukurnya tubuh dan anggota-anggota badan dilakukan dengan bersikap setia dan mengabdi kepada-Nya. Inti dari syukur dengan anggota badan adalah amal saleh. Nabi Daud AS suatu ketika pernah bertanya, “Wahai Tuhanku, bagaimana aku bisa bersyukur kepada-Mu sedangkan tindakanku bersyukur itu sendiri adalah anugerah dari-Mu?” Allah SWT mewahyukan kepadanya, "Engkau baru saja bersyukur!”.

Di antara sarana yang membantu terwujudnya syukur dengan anggota badan sebagaimana Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis, “Setiap manusia pada pagi harinya dan setiap persendiannya ada sedekahnya.”

Lalu bagaimana seseorang menunaikan syukurnya 360 persendian? Yaitu bahwa setiap kalimat tahmid adalah sedekah, setiap kalimat tahlil adalah sedekah, amar ma'ruf adalah sedekah dan menghilangkan suatu gangguan di jalan adalah sedekah.

Jumlah persendian sebanyak 360, jadi apabila seseorang dapat melakukan syukurnya, maka ia melewati harinya dengan selamat dari api neraka. Karena itu, hendaknya seseorang selalu bersyukur kepada Allah SWT dengan anggota tubuhnya melalui beragam jenis sedekah dan kebaikan. Wallahu a’lam.

*) Muhammad A Saefulloh, MA adalah asatidz Majelis Azzikra dan Kepala Madrasah Aliyah YAPINA alternative Islamic Schools Bojongsari Sawangan Depok Jawa Barat.

(sumber: bukitazzikrasentul.com)

0 Response to "Syukur"

Posting Komentar

miVoTV

Web Hosting