balada si sendal jepit



"aaaahhhaaayyy....... sendal jepit ku hilang!!!" teriak salah satu kawan ketika jamaah shalat Jumat baru saja berhamburan untuk melanjutkan aktifitas sosial. Setelah tengok kiri-kanan tak kunjung pula sendal jepit berwarna hijau itu terlihat. Sembari tangan kirinya menggaruk ke kepala hanya senyum kecut terlintas di bibirnya. Dengan berat hati di bawah teriknya matahari yang memanasi aspal jalanan dan semangat membara bertelanjang kaki lah dia, kepalanya ditutupi kopiah putih dan sajadah yang baru dibelinya dari Pasar Tanah Abang.

Tentu dengan harap ada warung penjual sendal nantinya. Sedangkan teman-temannya yang lain dengan tetap semangat memberikan dorongan sembari sedikit mengejek "hei kawan sudahlah tak usah kau meringis, panas di bumi ini tak seberapalah ketimbang panas nanti yang kita terima di neraka sana, anggap lah ini sebuah rejeki!". Tak ayal gelegak tawa memecah panas nya siang itu.

Sendal Jepit alias srandal mungkin barang atau benda yang tidak pernah kita perhatikan dalam perjalanan sejarah hidup seseorang. Mungkin hanya segelintir orang saja yang memperhatikan si sendal jepit. Benda yang selalu di haramkan oleh para "biker" karena faktor keamanan dalam pengendarai motor dan yang lebih parah lagi benda itu masuk dalam daftar benda yang "dilarang" ketika akan memasuki ruangan dosen, ruangan kuliah dan dianggap tak tahu tata krama sopan santun. Hmmmm.... tragis sekali nasibnya tersingkirkan karena sebuah nama "sopan santun, budi pekerti dan embel-embel lainnya. Padahal si sendal jepit adalah benda yang selalu mengalasi dengan penuh suka cita pada kaki kita kemanapun ingin melangkah.

0 Response to "balada si sendal jepit"

Posting Komentar

miVoTV

Web Hosting